The Interns’ Journal: Magang Merantau di Bandung, Apa Saja Keseruannya?

Assemblr Blog
7 min readDec 14, 2021

--

Semenjak kegiatan Magang Merdeka di Assemblr berlangsung, ada banyak sekali kegiatan seru yang telah dilalui oleh para mahasiswa magang. Meskipun kantor kami berdomisili di Bandung, tak sedikit juga mahasiswa magang kami dari luar kota maupun pulau yang bekerja langsung di kantor atau work from office (WFO).

Apa saja cerita yang mereka miliki? Apakah ada kesulitan untuk beradaptasi dengan kultur yang berbeda? Yuk, simak selengkapnya di bawah!

Hai! Boleh perkenalkan diri kalian?

Fuad: “Hai! Perkenalkan aku Fuad Azaim Siraj dari Sidoarjo, sekarang menempuh perkuliahan di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya serta magang di Assemblr, lebih tepatnya di divisi Animasi.”

Eriel: “Halo! Namaku Khansa Eriella Savanti, panggil saja Eriel! Aku asalnya dari Kota Padang dan sedang berkuliah di Universitas Gadjah Mada (UGM), sekarang magang di Assemblr divisi UI/UX.”

Dhimas: “Namaku Dhimas Rasyad Rahardianto, asalnya dari Sidoarjo. Aku kuliah di Universitas Diponegoro, Kota Semarang, dan sudah memasuki semester tujuh.”

Haryanti: “Hai! Namaku Haryanti, asalnya dari Kota Palangkaraya. Aku kuliah di Universitas Negeri Surabaya, dan sekarang magang offline di Assemblr.”

Gio: “Namaku Giovani Dieky Dacunha, asal dari Bali. Sekarang, aku kuliah di Institut Teknologi dan Bisnis STIKOM Bali dan masih semester lima.”

Aina: “Hai! Namaku Aina Almardiyah, asal dari Batam. Aku kuliah di Universitas Negeri Padang dan sekarang telah semester tujuh.”

Dari kiri ke kanan: Fuad, Eriel, Dhimas, Aina, Haryanti, dan Gio

Apa yang memutuskan kalian untuk magang di kantor ketimbang dari rumah?

Fuad: “Aku karena panggilan hati. Jadi, karena sudah ada panggilan tidak bisa menolak. Ha-ha-ha. Dan lagi, pengalaman saat belajar secara WFO serta berinteraksi dengan orang secara langsung lebih efektif daripada work from home (WFH), mulai dari belajar skill teknikal maupun soft skill-nya. Begitu banyak sekali hal atau pun nilai menarik di luar dari yang kita kerjakan.”

Eriel: “Saya memilih untuk WFO [karena] pertama, ingin merasakan pengalaman bekerja secara langsung. Lalu, kedua, saya juga tertarik dengan Assemblr karena bergerak di industri augmented reality (AR). Dan yang terakhir, saya ingin merasakan kehidupan di Kota Bandung.”

Dhimas: “Kalau dari aku, yang pertama, jika WFH, di rumah itu [kondisinya] tidak kondusif, kecuali kalau di kos. Tapi, pada saat itu, posisi aku berada di rumah. Supaya kondusif serta diskusinya nyaman, aku memutuskan untuk berangkat ke Bandung.”

Haryanti:Saya memutuskan untuk WFO karena mencari pengalaman baru, dan saya juga telah mempunyai target untuk bekerja di daerah Bandung atau Jakarta. Hal ini merupakan kesempatan besar bagi saya. Jadi, kapan lagi bisa ke Bandung, kan?”

Gio: “Kalau aku, yang pertama, ingin bekerja di luar Bali. [Lalu,] yang kedua karena ingin memiliki pengalaman baru, dan di rumah pun [kondisi] tidak kondusif karena pasti akan selalu ada beberapa gangguan dari dalam atau luar rumah. Jadi, karena hal tersebut, saya memerlukan effort yang lebih untuk fokus. Lalu, yang terakhir, karena saya sendiri dari divisi UX, [rasanya] lebih nyaman untuk berdiskusi secara langsung.”

Aina: “Saya memutuskan untuk WFO karena saya punya pengalaman WFH selama satu bulan dan rasanya cukup berat. Waktu awal saya belajar dan menyesuaikan komunikasi, terdapat kesulitan, apalagi jika ada masalah jaringan. Walaupun secara finansial hemat, namun saya terjebak dengan situasinya. Dan untuk yang terakhir, saya ke Bandung [karena] hendak mengetahui kulturnya.”

Selama bekerja di Bandung, apakah kalian mengalami shock culture?

Fuad: Shock culture-nya mungkin dalam bahasa. Ketika awal berada di Bandung, saya pernah melontarkan kata ‘punten’ yang maksudnya adalah ‘permisi’. Namun, lawan bicara saya malah memaknainya dengan bertanya, sehingga beliau berhenti sejenak dan menyahut, “Ya, ada yang bisa saya bantu?”

Ini merupakan momen canggung. Faktanya, bahasa Sunda, walaupun memiliki kata yang sama, tetapi maknanya berbeda — tergantung nada pembicaranya. Hal ini menjadi pengalaman yang menarik bagi saya.”

Eriel:Kalau saya, selama di Bandung, pengalaman yang cukup membuat terkejut [adalah] ketika jam malam mulai masuk. Di daerah sini sepi, seperti tidak ada kehidupan. Tapi, sepertinya [karena] saya yang kurang tahu lokasi tempat mainnya. Oh iya, sama makanannya mahal 👀✌🏼 ”

Dhimas: Mungkin pengalaman saya sama dengan Fuad karena waktu itu saya belajar bahasa Sunda dan kata orang nada saya kasar. Padahal, saya merasa berbicara dengan nada sehari-hari, dan baru tahu bahwa berbicara dengan bahasa Sunda [perlu] menggunakan nada yang halus, seperti [pada] kata ‘teuing’.”

Haryanti:Kalau saya lebih ke lingkungan karena telah lama di Surabaya yang kondisinya panas. Ketika sekarang berada di Bandung, cuacanya dingin sekali.”

Gio: “Kalau aku, ketika pertama kali sampai di Bandung, yang cukup berbeda itu cuaca. Kalau di sini, mungkin lebih lembap. Sedangkan, di Bali cuacanya hangat. Karena aku terbiasa di lingkungan yang hangat, ketika sampai di sini, aku sakit flu beberapa hari. Nah, [kalau] dari gaya bahasa, di sini nadanya lembut dan syahdu. Lalu, yang terakhir mungkin makanan yang cukup mahal juga.”

Aina: “Pertama, dari nada, sih. Ketika di Sumatra, kan, nadanya cukup tinggi, ya. Apalagi di Padang, walaupun berbicara seperti biasa, tetap menggunakan nada tinggi. Nah, dari situ ada perbedaan. Jika di Bandung, tutur kata jauh lebih lembut. Oh, ya! Sama ada [peristiwa] yang lucu. Kan namaku ‘Aina’, dan ada kata dalam bahasa Sunda yang selaras pengucapannya seperti ‘ayeuna’. Jadi, kadang, aku merasa terpanggil karena orang lain ngomong ‘ayeuna… ayeuna…’”

Selama magang di Bandung, apa saja suka dan dukanya?

Fuad: Karena memang kerjanya di startup begini, ya, mungkin banyak pergantian workflow dan jadinya harus lebih adaptif; berbeda dengan korporat yang statis. Jadi, di Assemblr [itu] santai tapi menantang.”

Eriel: Khususnya di Assemblr, suasananya asyik dan orangnya santai-santai. Cukup banyak ilmu baru, mulai dari UX dan di luar UX juga. Saya juga suka kantor yang dekat dengan alam. Jadi, halaman belakangnya pemandangan bagus.”

Dhimas: Di Bandung itu tiap pagi hawanya mager banget. Dan di Assemblr sendiri, lingkungannya lebih suportif serta cukup banyak ilmu yang didapat. Tidak hanya di kantor, tapi di luar kantor pun masih bisa untuk komunikasi, ngobrol, serta main.”

Haryanti:Karena saya sudah terbiasa merantau, jadi rasanya biasa saja dan sudah belajar dari pengalaman sebelumnya. Tapi, kali ini berbeda di kulturnya.”

Gio:Makanan di sini sangat berbeda dari tempat asal saya. Untuk [kegiatan] magang di Assemblr, asyik dan banyak ilmu yang didapat dengan bekerja sama untuk membuat produk bersama para mentor serta teman. Lalu, dapat membangun hard skill dan soft skill, tapi menantang juga karena ada beberapa hal yang masih harus dicari untuk membuat produk yang lebih baik lagi. Mungkin dukanya dari finansial karena harus beberapa uang yang dialokasikan.”

Aina: “Seru banget karena hampir tiap hari rasanya tidak seperti bekerja, tetapi seperti membuat karya. Pada saat ada pengarahan, ngobrolnya lebih asyik dan tidak men-judge; lebih seperti belajar bersama dan sharing ilmu. Kita bisa dapat ilmu di berbagai divisi yang di luar pekerjaan kita dan disediakan fasilitasnya juga seperti alat musik, watercolour dan buku.

Apa saja kegiatan seru yang sudah kalian lakukan dengan teman-teman kantor?

Fuad: “Seperti kita tahu, di Assemblr terdapat ekskulnya. Untuk baru-baru ini, kita trekking ke Maribaya. Jadi, jalan dari kantor ke tempat bubur untuk sarapan, lanjut lagi berjalan menyusuri tempat air terjun serta bertemu dengan monyet. [Kegiatan ini] sangat seru dan tidak bisa dilupakan karena banyak hal menarik.”

Beberapa foto waktu kami trekking ke Maribaya. Seru sekali, lho! 😍

Eriel: “Keseruannya kita ketika ke kafe dan main kartu bersama. Asyiknya lagi, ada yang bisa sulap! Jadi, tiap hari tertipu, tetapi secara keseluruhan senang rasanya.”

Seusai bekerja, mahasiswa magang kami juga sering jalan-jalan sambil mencoba kuliner Bandung!

Dhimas: Kesenangan di kantor itu hampir tiap hari. Pada saat weekend pun masih tetap seru karena jalan-jalan mengeksplor Bandung serta foto-foto bersama satu kantor. Paling enak, sih, ada acara makan terus. Kalau sudah makan, tuh, semuanya dicoba, deh.”

Haryanti:Yang paling asik menurut aku itu adalah hobi bulanan. Hobinya di Assemblr itu fotografi analog (iya, kami punya Instagram khusus foto-foto, lho 😝). Jadi, saat weekend kemarin hunting bareng antara teman serta mentor di Jalan Braga dan keliling Bandung. Pokoknya seru!”

Momen seru saat hunting foto bersama pakai kamera analog! 📸

Gio:Kalau dari aku, kegiatan seru yang dilakukan itu hangout bareng. Ada trekking, foto bersama, dan biasanya pada saat istirahat main game Tekken. Jadi, tidak akan cepat burnout saat bekerja.”

Aina: “Mungkin sama dengan teman-teman yang lainnya. Tapi, secara personal, yang seru itu setelah jam kantor usai, aku belajar watercolour bersama CCO kita, Kak Anita, sambil diiringi lagu karena ada beberapa teman yang bermain musik. Dan karena aku jarang keluar, akhirnya suka main game seperti Valorant bersama teman kantor lainnya.”

Saat jam istirahat makan siang, kami juga sering bermain alat musik, lho!

Ingin rasakan pengalaman seru bekerja di startup dengan lingkungan yang fun dan suportif? Yuk, ikuti kami di LinkedIn — siapa tahu ada posisi yang cocok untuk kamu!

Assemblr percaya bahwa semua orang, termasuk kamu, bisa membuat dan menyajikan konten berbentuk augmented reality (AR). Dengan platform yang mudah digunakan, kamu bisa menggunakan Assemblr untuk berbagai kebutuhanmu. Unduh Assemblr sekarang, tersedia di App Store dan Play Store.

--

--

Assemblr Blog
Assemblr Blog

Written by Assemblr Blog

Catch up on the latest news about Assemblr, augmented reality insights, educational tips, and the people behind our platform.

No responses yet