Agung Ade Yulianto: Pengalamannya Membuat Ide Ekstrakurikuler AR Jadi Nyata
Semenjak hadirnya Kurikulum Merdeka di masa pandemi, hal tersebut sudah mengetuk hati dan membangkitkan semangat para guru untuk belajar teknologi — terutama yang berkaitan dengan aktivitas pendidikan.
Berangkat dari masa pandemi tersebut, banyak institusi yang sudah mulai beralih mengadakan aktivitas secara virtual, dan hal tersebut juga memicu popularitas teknologi edukasi di sekitar guru dan siswa berkat manfaatnya yang cukup berdampak.
Belakangan ini pula, saya merasa pemandangan para guru memanfaatkan teknologi dan gadget sebagai hal yang lumrah ditemui.
Mulai dari aplikasi Google Classroom, Zoom, Meet, atau bahkan aplikasi AR Assemblr EDU, sekarang guru-guru sudah semakin banyak memanfaatkan teknologi untuk mendukung kegiatan belajar mengajar mereka.
Awal Mula Perjalanan
Meskipun kita tahu bahwa pandemi sudah menurun, masih banyak potensi dan tren pemanfaatan edtech di sekitar kita. Dan itu tidak akan serta merta turun secara langsung.
Saya percaya hal tersebut karena pekerjaan saya yang memang selalu bersinggungan dengan guru.
Sebagai seseorang yang bergelut di bidang pelatihan guru, saya selalu mencari berbagai peluang dan teknologi baru untuk dimanfaatkan teknologi dalam aktivitas pembelajaran, dan Assemblr EDU adalah salah satunya yang saya selalu bagikan kepada rekan-rekan guru.
Selama beberapa tahun belakangan, saya telah mengenalkan Assemblr EDU kepada guru-guru, sehingga mereka dapat memanfaatkannya untuk membuat kegiatan pembelajaran yang seru dan kreatif dengan teknologi augmented reality (AR).
Namun, seiring saya melakukan pelatihan dengan guru, saya jadi kepikiran satu hal: “Selain berfokus pada guru, bagaimana jadinya jika saya bisa mengenalkan Assemblr EDU ke murid-murid?”
Mereka adalah anak-anak muda, dan tentunya, anak muda zaman sekarang sudah terpapar dengan teknologi yang mumpuni. Mereka juga handal dalam mengoperasikannya.
Saya percaya ini adalah kesempatan emas untuk mengekspresikan kreativitas dan mengasah kemampuan mereka membuat konten AR.
Tentunya, sesudah ini, saya mulai memikirkan caranya. Kira-kira apa cara yang tepat untuk membuat para siswa tertarik belajar AR?
Sebetulnya, bisa saja kalau saya mau langsung masuk ke kelas, menjelaskan penggunaan AR di pembelajaran, dan meminta para siswa membuat karya mereka sendiri di Assemblr EDU.
Namun, itu bukan pendekatan yang 100% cocok dengan target yang ingin dituju. Di sini, saya ingin para siswa bisa mengekspresikan kreativitas mereka dengan bebas melalui proyek AR, tanpa terikat apa pun.
Untuk itu, saya pun mencari cara dan merasa bahwa ekstrakurikuler AR bisa jadi salah satu jawabannya.
Presentasi Ide ke Sekolah…
Pada bulan November 2022 kemarin, saya diundang ke Islamic School of Riau Global Terpadu (IRGT), salah satu sekolah di Pekanbaru, Indonesia, untuk mengadakan pelatihan guru mengenai Digitalisasi Sekolah.
Waktu itu, saya juga memasukkan Assemblr EDU ke dalam materi pemaparan, dan pihak yayasan sangat tertarik dengan hal tersebut.
Setelah melihat reaksi mereka, saya semakin mantap untuk membawa ide ekstrakurikuler AR ini kepada sekolah. Setelah melalui proses diskusi dan pemaparan proposal, mereka ternyata juga menyambut ide tersebut dengan baik.
Kalau berbicara soal strategi, saya sendiri belum memiliki strategi yang pasti. Semuanya masih saya raba karena memang masih pengalaman pertama.
Namun, jika bisa saya simpulkan, yang pasti adalah persiapkan proposal sebelumnya. Tentunya harus secara menyeluruh dan detail, dan Anda juga harus menyiapkan argumen yang tepat untuk semakin meyakinkan pihak sekolah.
Ekstrakurikuler AR Dimulai!
Setelah semua proses kesepakatan dilalui, ekstrakurikuler AR pun dimulai. Ekstrakurikuler pertama dibuka di bulan Januari 2023, dan sejak awal, sudah banyak yang berminat untuk mengikutinya.
Setiap hari Jumat dan Sabtu pagi, para anggota ekstrakurikuler—baik itu siswa SD maupun SMP—dapat belajar cara menggunakan Assemblr EDU dan membuat konten AR mereka sendiri.
Saya yang mengatur semua materi sendiri, dan sambil menjalankan ekstrakurikuler, tidak lupa juga saya melatih para guru terpilih untuk belajar menggunakan Assemblr EDU secara bertahap—yakni setiap dua minggu sekali.
Ternyata, para guru juga merasa terbantu dengan adanya aktivitas ekstrakurikuler AR ini. Mereka ikut memonitor aktivitas para siswa, bahkan membagikan informasi menarik kepada para orang tua dan wali siswa.
Sejauh ini, ada sekitar 70 siswa yang mengikuti aktivitas ekstrakurikuler AR ini. Mereka terbagi menjadi dua kelompok, dan saya selalu melihat antusiasme mereka yang tinggi dalam mengikuti berbagai aktivitas yang ada.
Namun, karena kapasitas ruangan yang masih belum cukup, kami terpaksa membatasi jumlah peserta. Ke depannya, tentu akan ada makin banyak siswa yang ikut, dan saya sendiri juga sudah tidak sabar untuk menyambut mereka mengikuti ekstrakurikuler AR.
Lalu, Apa Selanjutnya?
Untuk membuat aktivitas ekstrakurikuler ini lebih seru diikuti, saya juga memiliki beberapa hal yang sudah disiapkan—dimulai dari program lanjutan dari ekstrakurikuler tersebut.
Sekarang ini, saya juga masih berbagi pekerjaan—membawakan pelatihan untuk guru sambil terus menyebarkan ide ekstrakurikuler AR ini ke lebih banyak sekolah lainnya di Pekanbaru.
Terdengar melelahkan? Mungkin, tetapi saya juga tidak sabar untuk melihat semakin banyak siswa mengenal AR melalui ide saya ini.
Saya sendiri juga tidak mau egois menjalankan hal ini sendiri. Untuk itu, saya mau mengundang rekan-rekan guru lainnya di Indonesia (bahkan kalau bisa, di seluruh dunia) untuk ikut ambil bagian dan mengusulkan ide ekstrakurikuler AR ke sekolah-sekolah mereka.
Jika memungkinkan, kita bisa memulainya dari diskusi strategi dan mulai menyebar di bulan Juli 2023. Saya sendiri tidak sabar untuk segera melihat aktivitas ekstrakurikuler AR ini menjadi gerakan positif yang tersebar di sekolah-sekolah. Semoga rencana ini berjalan lancar, ya! :)
Artikel ini ditulis oleh Pak Agung Ade Yulianto, salah satu anggota ACE yang aktif di Indonesia, serta Distributor Assemblr EDU di wilayah Sumatra. Sebagai direktur pusat pelatihan guru PT Mahardika Indonesia Agung, Pak Agung aktif terlibat dalam pelatihan guru di Indonesia untuk pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran.